MAKALAH
“ HASUT,
RIYA, ANIAYA
(ADH-DHULM)”
“Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata pelajaran
Agama Islam”
Guru Pendidik:
LATIFAH DALIMUNTHE
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Juraidah
Fauziatun Nisma BB
SMK YAPIM TARUNA BAGAN BATU
T.P. 2017/2018
Kata Pengantar
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat ALLAH
SWT yang telah memberikan rahmat dan petunjuk-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Hasud, Riya, Aniaya (adh-Dhulm)” ini dengan baik.
Kami telah membuat makalah ini dengan dengan mengambil
referensi-referensi dari beberapa buku maupun dari situs-situs internet. Hal
tersebut kami lakukan untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang Hasud,
Riya, Aniaya (adh-Dhulm).
Kami menyadari bahwa makalah ini masih mempunyai
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi perbaikan untuk makalah selanjutnya. Akhirnya, kami berharap
mudah-mudahan makalah ini dapat memenuhi harapan kita semua.
Bagan Batu,27Februari 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Sampul.............................................................................. 1
Kata Pengantar................................................................................ 2
Daftar Isi....................................................................................... 3
BAB I HASUT.................................................................................. 4
BAB II RIYA.................................................................................... 6
BAB III Aniayah............................................................................... 8
BAB IV PENUTUP.............................................................................. 10
A.
Kesimpulan............................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 11
BAB I
HASUD
Pengertian Hasad
Hasad ialah perasaan tidak senang melihat orang lain
mendapatkan kenikmatan (kesenangan). Hasad dapat membuat seseorang mudah
membuat dan menyebarkan berita yang tidak benar (kejelekan) orang lain yang
tidak ada buktinya. Sifat hasad mudah membuat gosip (berita tidak benar)
terhadap orang yang tidak disukainya. Sifat hasad dapat merusak kebaikan yang
dimiliki seseorang. Nabi saw bersabda :
اَلْحَسَدُ يَأْكُلُ
الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ
( (رواه ابوداود
Artinya :
“Dengki itu memakan kebaikan, sebagaimana api
memakan kayu bakar” (H.R. Abu Daud)
Firman Allah :
أَمْ يَحْسُدُونَ النَّاسَ
عَلَى مَا آتَاهُمُ اللهُ مِنْ فَضْلِهِ فَقَدْ آتَيْنَا آلَ إِبْرَاهِيمَ
الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَآتَيْنَاهُمْ مُلْكًا عَظِيمًا
Artinya :
Aaukah mereka dengki
kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya?
sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim,
dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar. (Q.S. An Nisa’ [3] :
53)
Firman Allah dalam surat Al Baqarah: 109 :
وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ
الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ
عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ فَاعْفُوا وَاصْفَحُوا
حَتَّى يَأْتِيَ اللهُ بِأَمْرِهِ إِنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Artinya :
“Sebahagian besar Ahli
Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran
setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri,
setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka,
sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu. (Q.S. Al Baqarah [2] : 109)
Sifat hasad dimanapun
pasti ada yang memilikinya. Kadang kala sifat hasad yang dimiliki tersebut
kurang disadari bahayanya bagi diri sendiri di kemudian hari. Orang yang
memiliki sifat hasad merasa bangga kalau orang yang dibencinya dapat ia
sengsarakan.
Bahayanya
sifat hasad :
a.
Menjatuhkan nama baik seseorang
b.
Memutuskan rasa persaudaran dengan sesama
manusia
c.
Menimbulkan rasa permusuhan dengan orang lain
d.
Membuat hati tidak tenang dan tidak tenteram
dalam menjalani kehidupan
e.
Dimusuhi oleh banyak orang
Contoh Perbuatan Hasad
a. Amir berangkat ke sekolah dengan sepeda barunya.
Melihat Amir memiliki sepeda baru, Toni merasa tidak senang. Toni menghampiri
sepeda milik Amir dan menggembesi kedua ban sepeda itu, ketika Amir
meninggalkan sepedanya di tempat parkir.
b. Toko milik Pak H. Kohar tidak pernah sepi dari
pembeli. Ia selalu menyediakan barang dagangannya dengan kualitas yang baik dan
harganya terjangkau oleh masyarakat. Disamping itu juga P H. Kohar tidak pernah
menipu kepada pembeli dan selalu bersikap ramah kepada siapa saja yang datang
ke tokonya, baik kepada yang mau membeli atau sekedar mau hutang. Melihat
keberhasilan Pak H. Kohar, Pak Tadi tidak senang dan merasa tersaingi, karena
tokonya selama ini sepi dari pembeli. Ia berusaha agar tokonya ramai dan toko
Pak H. Kohar sepi, maka ia datang ke dukun agar tokonya ramai sedangkan
toikonya Pak H. Kohar sepi.
Untuk menghindari sifat hasad dengan cara :
1. Menyadari tentang bahayanya sifat hasad terhadap
amal perbuatan kita
2. Menyadari bahwa keberuntungan masing-masing orang
tidak sama
3.
Mensyukuri
atas nikmat yang diterimanya meskipun tidak sama yang dimiliki orang lain
4.
Menyadari
bahwa kalau diri kita dibenci orang lain juga tidak merasa senang
BAB II
RIYA’
Pengertian Riya’
Riya’ adalah memperlihatkan suatu amal kebaikan kepada sesama manusia,
adapun secara istilah yaitu: melakukan ibadah dengan niat dalam hati karena
demi manusia, dunia yang
dikehendaki dan tidak berniat beribadah kepada Allah SWT.
Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolani dalam kitabnya Fathul
Baari berkata: “Riya’ ialah menampakkan ibadah dengan tujuan dilihat
manusia, lalu mereka memuji pelaku amalan itu”. Imam
Al-Ghazali, riya’ adalah mencari kedudukan pada hati manusia dengan
memperlihatkan kepada mereka hal-hal kebaikan. Sementara Imam Habib
Abdullah Haddad pula berpendapat bahwa riya’ adalah menuntut kedudukan
atau meminta dihormati daripada orang ramai dengan amalan yang ditujukan untuk
akhirat.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa riya’ adalah melakukan
amal kebaikan bukan karena niat ibadah kepada Allah, melainkan demi manusia
dengan cara memperlihatkan amal kebaikannya kepada orang lain supaya mendapat
pujian atau penghargaan, dengan harapan agar orang lain memberikan penghormatan
padanya.
Oleh itu, Syeikh Ahmad Rifa’i berpesan
bahwa riya’ merupakan perbuatan haram dan satu
diantara dosa besar yang harus
dijauhi serta di tinggalkan supaya selamat dan amalnya manfaat sampai di negeri
akhirat.
Macam-macam Riya’ :
Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa riya’ ada 2 macam, sebagaimana ulama
menguraikannya:
وَهُوَ قِسْمَانِ : رِيَاءٌ خَالِصٌ كَانَ لاَ يَفْعَلَ الْقُرْبَةَ إِلاَّ لِلنَّاسِ ,
وَرِيَاءٌ شِرْكٌ كَانَ يَفْعَلَهَا ِللهِ وَلِلنَّاسِ وَهُوَ أَخَفُّ مِنَ الْأَوَّلِ
“ riya’ dibagi kedalam dua tingkatan: riya’
kholish yaitu melakukan ibadah semata-mata hanya untuk mendapatkan pujian
dari manusia, riya’ syirik yaitu melakukan perbuatan karena niat
menjalankan perintah Allah, dan juga karena untuk mendapatkan pujian dari manusia,
dan keduanya bercampur”.
Fudhail Bin Iyadh berkata:“Beramal karena manusia adalah syirik,
meninggalkan amalan karena manusia adalah riya’ dan ikhlas adalah Allah
menyelamatkanmu dari keduanya”.
Al Qurthubi mengatakan makna dari “orang-orang yang berbuat riya,”
adalah orang yang (dengan sholatnya) memperlihatkan kepada manusia bahwa dia
melakukan sholat dengan penuh ketaatan, dia sholat dengan penuh ketakwaan
seperti seorang yang fasiq melihat bahwa sholatnya sebagai suatu ibadah atau
dia sholat agar dikatakan bahwa ia seorang yang (melakukan) sholat. Hakikat riya’adalah
menginginkan apa yang ada di dunia dengan (memperlihatkan) ibadahnya. Pada
asalnya riya adalah menginginkan kedudukan di hati manusia.
Ini termasuk syirik yang tersembunyi. Nabi SAW bersabda :“Wahai sekalian
manusia, jauhilah kesyirikan yang tersembunyi!” Para sahabat bertanya, “Ya
Rasulullah, apa itu syirik yang tersembunyi?” Beliau menjawab, “Seseorang
bangkit melakukan sholat kemudian dia bersungguh-sungguh memperindah sholatnya
karena dilihat manusia.
Itulah yang disebut dengan syirik yang tersembunyi.” [HR. Ibnu Khuzaimah dan Baihaqi].
Itulah yang disebut dengan syirik yang tersembunyi.” [HR. Ibnu Khuzaimah dan Baihaqi].
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Siapa orang yang berpuasa hanya ingin di lihat
orang maka itu adalah riya’, siapa orang yang sholat hanya ingin di lihat orang
maka itu adalah riya’, dan barangsiapa yang bersedekah hanya ingin di lihat
orang maka itu adalah riya’.(HR. Ahmad).
Imam al-Ghazali menerangkan bahwa sesiapa yang tidak membuang
sifat riya’ ini, niscaya akan ditimpa kecelakaan serta akan tergolong
dalam golongan kufur. Jika hal ini berlaku, maka tentulah dia tidak lagi layak
memasuki syurga, apatah lagi mencium baunya. Rasulullah SAW menasihatkan
umatnya agar tidak sesekali menyebut kebaikan diri dan keluarga karena sikap
demikian akan mendorong seseorang kepada sifat riya’. Justeru, keikhlasan saja
yang dapat membunuh perasaan riya’ sebagaimana firman Allah :
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus”.
Tanda-tanda Riya’
Tanda-tanda
penyakit hati ini pernah dinyatakan oleh Ali bin Abi Thalib. Kata beliau,
“Orang yang riya itu memiliki 3 ciri, yaitu malas beramal ketika sendirian dan
giat beramal ketika ditengah-tengah orang ramai, menambah amalianya ketika
dirinya di puji, dan mengurangi amalianya ketika dirinya dicela.”
Bahaya Riya”
1.
Ketidak puasan, sakit hati, dan penyesalan ketika orang lain tidak
menghargai.
2.
Mengungkit-ngungkit kebaikannya sendiri yang pernah dipersembahkan ke pada
orang lain.
3.
Tidak dapat bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah maupun
berinteraksi dengan sesama manusia
4.
Di akhirat akan di campakkan kedalam api neraka
BAB III
ANIAYA ( ADH-DHULM )
Pengertian Aniaya ( adh-Dhulm )
Kata “adh-Dhulm” berasal dari fi’l (kata kerja)
“dhalama- yadhlimu” yang berarti “Menenmpatkan sesuatau bukan pada tempatnya” .
Dengan demikian aniaya adalah meletakkan, menempatkan sesuatu bukan pada
tempatnya atau tidak sesuai dengan ketentuan Allah.
Perkataan aniaya berasal dari bahasa sanskerta yang
artinya perbuatan bengis, penyiksaan, atau zalim. Aniaya adalah tidak adil
(tidak menempatkan sesuatu sesuai dengan ketentuan Allah SWT). Aniaya atau
bengis, yaitu suatu tindakan yang tidak manusiawi dan bertentangan dengan Hak
Asasi Manusia.
Aniaya juga bisa disebut zalim yang berarti gelap,
aniaya, rugi, atau menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. Sedangkan menurut
istilah, zalim adalah perbuatan yang melampaui batas terhadap jiwa, harta, atau
kehormatan orang lain dan menentang terhadap kebenaran.
Menganiaya berarti menyiksa, menyakiti, dan berbagai
bentuk ketidaksenangan seperti menindas, mengambil hak orang lain dengan
paksaan. Pengertian diatas dapat dejelaskan bahwa penganiayaan merupakan
kejahatan yang bersifat mengancam harta jiwa. Perbuatan tersebut sama dengan
mencuri, bahkan lebih besar, karena didalamnya terdapat unsur kekerasan. Jika
sampai membunuh korbannya maka jelas perbuatan itu termasuk salah satu dosa
yang amat besar. Allah SWT berfirman yang artinya:
"Dan janganlah kamu cenderung kepada
orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api Neraka, dan
sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolong pun selain daripada Allah,
kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan."
(QS. Huud/11: 113)
Dari Jabir bin ‘Abdillah bahwasayanya
Rasulullah Shallallahu’ alaihi wasallam bersabda: “Berhati-hatilah terhadap
kezhaliman sebab kezhaliman adalah kegelapan (yang berlipat) pada hari kiamat.
Dan jauhilah kebakhilan/kekikiran karena kekikiran itu telah mencelakakan umat
sebelum kamu”. (H.R. Muslim).
BAHAYA PERILAKU ANIAYA
Teman yang dirahmati Allah SWT, perilaku aniaya
sangatlah berbahaya. Adapun bahaya yang ditimbulkan karena perilaku aniaya /
zalim sebagai berikut.
a.
Merugikan kehidupan diri sendiri, baik didunia maupun akhirat.
b.
Mendapatkan azab dari Allah SWT.
c.
Amal perbuatannya menjadi sia-sia disisi Allah SWT.
BENTUK DAN CONTOH ANIAYA
Adapun bentuk dan contoh aniaya/zalim adalah sebagai
berikut.
a.
Zalim kepada Allah SWT, dengan tidak nematuhi perintahnya dan tidak mau
menjauhi larangannya.
b.
Zalim kepada diri sendiri, contoh: membiarkan diri sendiri tetap
bodoh,malas,bunuh diri, dll.
c.
Zalim kepada orang lain, contoh: mengumpat, mengadu domba, memfitnah,
mencuri, membunuh, dll.
d.
Zalim kepada makhluk lain, contoh penebangan hutan secara liar, memburu
hewan langka, dll.
CARA MENGHINDARI
PERILAKU ANIAYA/ZALIM
Teman, kita sekarang tahu kan kalau aniaya/zalim
adalah perilaku yang amat tercela, oleh karena itu kita wajib menghindari sifat
tersebut. Adapun cara yang dapat dilakukan untuk menghindari perilaku aniaya.
a.
Selalu waspada dan hati-hati dalam setiap menghadapi masalah.
b.
Menumbuhkan rasa persaudaraan dan kasih sayang antar sesama.
c.
Menyadari bahwa setiap perbuatan mempunyai sebab akibat sesuai dengan
kehandak Allah SWT.
d.
Membiasakan diri bersyukur kepada Allah SWT.
e.
Berhati- berhati dalam bertindak, berbicara, dan dalam menerima informasi
yang ada.
BAB IV
PENUTUP
A KESIMPULAN
Hasad ialah perasaan
tidak senang melihat orang lain mendapatkan kenikmatan (kesenangan). Hasad
dapat membuat seseorang mudah membuat dan menyebarkan berita yang tidak benar
(kejelekan) orang lain yang tidak ada buktinya.
Riya’ adalah
mengerjakan suatu perbuatan atau ibadah untuk mendapatkan pujian dari orang
lain, bukan karena Allah semata. Riya’ merupakan akhlak tercela dan merupakan
dosa bagi yang melakukannya.
Menurut bahasa kata
aniaya sama dengan kata zalim yang artinya sewenang-wenang atau tidak adil.
Zalim sendiri ada banyak macamnya, syirik merupakan salah satu contoh zalim
pada Allah. Diskriminasi berarti pembedaan perlakuan terhadap sesama
berdasarkan warna kulit, golongan, suku, ekonomi, status sosial dan lain-lain.
Daftar Pustaka
Anwar Tanding. 2013. Pendidikan
Agama Islam
(PAI) untuk SMA/SMK Kelas X.Masamba.